Hasto dan Tukang Bakso

Jika ditanya kuliner apakah yang paling popular di negeri kita, mungkin salah satu jawabanya ‘bakso’ atau ‘baso’. Walaupun bakso konon memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa-Indonesia, tapi saking banyak penyukanya penjualnya mudah sekali ditemukan pada hampir semua wilayah Indonesia, baik di desa maupun kota. Bakso biasa dijajakan menggunakan  gerobak dorong atau pedagang kaki lima,  serta di berbagai gerai restoran besar. Berbagai jenis bakso yang sudah dikemas makanan beku  kini juga dijual di pasar swalayan ataupun mal-mal. Selain itu, bakso yang dalam bahasa Hokkien secara harfiah berarti ‘daging giling’ ini  lazim ditemukan pada berbagai masakan Indonesia. Irisan bakso, kerap dijadikan pelengkap pada aneka jenis makanan seperti mi goreng, nasi goreng, atau capcai.

Dalam dua pekan kemarin bakso tiba-tiba menjadi viral, khususnya  di media sosial. Pemicunya akibat gurauan mantan presiden kelima kita, Ibu Megawati Soekarnoputri saat memberikan wejangannya pada Rakernas PDIP pada Kamis (23/6). Kala itu Megawati  mencoba  berguyon,  bahwa dia tidak ingin anaknya menikah dengan tukang bakso. Seperti dikutip sejumlah media Megawati mengatakan, “Ketika saya mau punya mantu, itu saya sudah bilang sama anak saya tiga; awas lho, kalau nyarinya yang kaya tukang bakso.”

Karuan saja candaan presiden wanita pertama kita tersebut menuai berbagai reaksi. Ada yang menilainya sebatas candaan. Responnya tentu berupa  bahakan. Tapi banyak juga masyarakat dan netizen yang menilainya sebagai ‘hinaan’ yang tidak semestinya diucapkan oleh seorang negarawan. Terlebih beliau menyandang pula berbagai gelar akademik profesor dan doktor honoris causa dari berbagai negara.

Menjadi tukang bakso itu terhormat dan jika usahanya sukses bisa mengantarkan pelakunya menjadi jutawan, bahkan menjadi seorang miliarder. Seperti dinyatakan Ketua Umum Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (APMISO) Indonesia, Trisetyo Budiman, tidak sedikit jika mereka bisa memiliki mobil mewah seperti Toyota Alphard, Pazero hingga rumah megah, seperti yang dicapai oleh seorang pedagang bakso di Jalan Pejaten, Jakarta Selatan. Hal itu tidak perlu heran, karena menurut Trisetyo capaian omzet hariannya tidak kurang dari 25 jutaan (Detik Finance, 29/12/2013).

Selanjutnya, akun TikTok resmi @miliardermudaindonesia pernah membahas seberapa kaya seorang tukang bakso telah dilihat oleh 1,2 juta orang dan disuka 114,3 ribu orang. Salah satu pedagang bakso bernama Joko Hartanto bisa mendapat omset fantastis dalam sehari berjualan. Omset penjualan baksonya mencapai Rp 60 juta per hari. Bahkan katanya, kalau sedang bulan Ramadhan dan Lebaran lebih tinggi lagi mencapai Rp250-300 juta per hari.

Selain itu,  merupakan fakta yang benderang karena sudah banyak dilakukan penelitian,  berkat cukup banyak warga Wonogiri atau Gunung Kidul yang merantau dan berwirausaha pada jenis kuliner bakso,  telah secara signifikan meningkatkan PAD kedua kabupaten di Jawa Tengah ini.  Selaku Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ibu Megawati Soekarnoputri  mestinya mengetahui persis fakta-fakta tersebut. Demikian ujar seorang pengamat.

Entah disengaja atau tidak, di tengah viralnya candaan ‘garing’ Megawati itu, Gubernur Jakarta, Anies Baswedan,  mengadakan acara “Malam Ramah Tamah Jakarta E-Prix 2022”.  Bertempat di Balai Kota pada Jumat malam (24/6). Pada hajat syukuran makan malam tersebut Gubernur Anies mengundang  sejumlah elemen lapisan masyarakat dan pelaku usaha mikro, kecil  dan menengah (UMKM). Salah satu di antaranya para penjual bakso.

Ternyata kedatangan para penjual bakso makan malam di Balai Kota Jakarta itu dinilai oleh Sekjen PDI Hasto Kristiyanto, seolah tanda semiotika respon Anies terhadap candaan Megawati. Kepada awak media, Hasto Kristiyanto mempertanyakan langkah Gubernur Anies Baswedan mengundang tukang bakso ke Balai Kota. Kenapa baru sekarang Anies mengundang para tukang bakso di Balai Kota DKI Jakarta. Padahal, kata Hasto, Anies Baswedan telah menjabat sebagai Gubernur sejak tahun 2017.

“Ya seinget saya Pak Anies itu jadi Gubernur sudah sejak tahun 2018 (2017). Jadi kenapa baru sekarang bertemu dengan para tukang bakso?” kata Hasto menjawab wartawan saat ditemui di sela acara Festival Kuliner Nusantara di Hall B Gedung JCC, Senayan, Jakarta, Sabtu (25/6).

Hasto menilai, sikap Anies tersebut menunjukkan politik yang tidak mengakar. Sekjen PDIP itu juga menyebut Anies terlambat bertemu dengan masyarakat kalangan bawah. “Jadi itulah sebagai contoh ketika politik tidak mengakar sehingga terlambat bertemu dengan rakyat kecil,” ucapnya.

Membaca kritik Hasto terhadap Gubernur Anies Baswedan yang mengundang penjual Bakso ke Balai Kota tentu saja telah membuat sebagian masyarakat tambah bingung dan tidak habis pikir. Betapa landasan pijak logika yang digunakannya benar-benar tidak nyambung. Apa salahnya Anies mengundang tukang bakso? Apalagi hingga memunculkan pertanyaan kenapa baru sekarang Anies  katanya ‘bertemu’ dengan para tukang bakso.  Sungguh, pertanyaan yang aneh keluar dari mulut seorang yang menduduki posisi Sekjen dari partai yang kerap mengklaim wadahnya ‘wong cilik’.

Padahal seperti dikatakan oleh Anies, dirinya  tidak hanya mengundang  Rully  Sang Tukang Bakso dalam acara makan malam tersebut, melainkan juga sejumlah UMKM lain. Oleh karena itu ketika disinggung oleh sejumlah wartawan apakah undangan terhadap para tukang bakso itu berkaitan dengan ucapan Megawati, Anies pun tidak ingin menjawabnya. Karena memang sudah keluar dari konteks.

Walaupun dalam berbagai film Indonesia, lazim menjadikan profesi pedagang bakso keliling dengan aktivitas intelijen yang sedang menyamar atau melakukan memata-matai, tapi rasanya kita bisa sepakat tidak elok menjadikan profesi tukang bakso sebagai bahan candaan dan olok-olokan. Sama tidak elegannya menjadikan salah satu makanan favorit mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat ia kecil hidup di Jakarta, sebagai titik pijak sasaran kritik kepada lawan-lawan politik suatu partai. Sebab itu sama lucunya dengan Reff Lagu anak-anak yang dinyanyikan oleh penyanyi cilik Melissa tempo dulu:

Bakso bulat seperti bola pingpong /kalo lewat membikin perut kosong

Jadi anak jangan kau suka bohong/Kalo bohong digigit kambing ompong

(digigit nenek gondrong).

Oleh: Kholid A. Harras
Dosen FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

Laman : Hasto dan Tukang Bakso – Kempalan.com

One Comment to “Hasto dan Tukang Bakso”

  1. Awesome web-site you have got right here. kup pramace online w Katowicach

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *