Mahasiswa Lingustik: Setelah Lulus Mau Kerja Apa?

Mahasiswa Lingustik: Setelah Lulus Mau Kerja Apa?

Oleh : Rizchald Wialidain – Mahasiswa Magister Prodi Linguistik, Universitas Pendidikan Indonesia

Sebagai mahasiswa linguistik, ada pertanyaan yang kerap ditanyakan kepada saya; “Linguistik itu apa?” atau yang lebih menohok hati, “Lulusan linguistik nanti kerjanya apa?” Kalau pertanyaan “Linguistik itu apa?” saya masih bisa menjelaskan dengan cara sederhana, atau setidaknya mengikuti teori kesantunan ala Geoffrey Leech agar peristiwa tutur itu berlangsung dengan damai dan bersahaja. Tapi pertanyaan “Lulusan lingustik nanti kerjanya apa?” sering membuat saya tersenyum getir. Sungguh pertanyaan semacam ini sudah sering sekali saya dengar. Tanpa harus mencatat jumlahnya, saya yakin, pertanyaan itu muncul lebih banyak dari jumlah mahasiswa lingustik di kampus saya. Demi Tuhan, saya sudah muak menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Pasalnya, kolaborasi antara kecerdasan numerasi dan literasi sudah berkontribusi besar pada kemajuan peradaban kita. Tetapi kenapa selalu saja kecerdasan numerasi yang menjadi water of life, agak-agak dunia ini cuma butuh orang-orang yang pintar pada bidang fisika, matematika, kimia dan “kolega-koleganya” itu saja.   

Di bidang teknologi, misalnya, linguistik menjadi dasar bagi pengembangan teknologi pengenalan suara, terjemahan otomatis, dan asisten virtual seperti Siri dan Google Assistant. Teknologi ini tidak hanya memudahkan interaksi manusia dengan mesin, tetapi juga memungkinkan akses informasi yang lebih mudah dan cepat. Dulu, kita semua pasti pernah mengalami ketidakjelasan respons dari virtual assistant itu. “Ditanya apa, jawabnya apa.” Karena metode linguistik sudah berkembang untuk mendeskripsikan sistem bunyi, melalui analisis fonologis, linguistik dapat sangat membantu dalam aspek speech dan hearing.

Dalam ranah pendidikan, penelitian linguistik berkontribusi pada penyusunan kurikulum bahasa yang lebih efektif dan berbasis penelitian. Hal ini memperbaiki cara bahasa diajarkan di sekolah dan universitas, sehingga siswa dapat mempelajari bahasa dengan lebih efisien dan efektif. Teori Linguistik Fungsional Sistemik (Systemic Functional Linguistics – SFL), misalnya, teori ini melihat bahasa sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk memenuhi berbagai fungsi komunikasi. Prinsip-prinsip SFL dapat diterapkan dalam desain kurikulum yang lebih responsif terhadap kebutuhan siswa. Dengan fokus pada fungsi bahasa dan bagaimana bahasa digunakan dalam konteks nyata.

Linguistik juga berperan penting dalam memahami kebudayaan dan identitas. Melalui analisis penggunaan bahasa dalam berbagai konteks sosial dan politik, linguistik memberikan wawasan tentang bagaimana ideologi dan kekuasaan diekspresikan dan dipertahankan. Ini membantu kita memahami dinamika sosial yang kompleks dan memperkuat kesadaran akan keberagaman budaya.

Dalam bidang hukum dan forensik, linguistik digunakan dalam analisis forensik untuk membantu mengidentifikasi penulis dokumen anonim, memahami makna tersirat dalam komunikasi, dan menyediakan bukti linguistik dalam kasus hukum. Peran ini sangat penting dalam memecahkan kasus-kasus kriminal dan memastikan keadilan.

Di bidang psikologi dan neurosains, penelitian linguistik mendukung pengembangan terapi untuk individu dengan gangguan bahasa seperti disleksia, afasia, dan gangguan spektrum autisme. Pemahaman tentang cara kerja bahasa di otak membantu dalam penanganan dan terapi gangguan ini, meningkatkan kualitas hidup individu yang terkena dampaknya.

Bahkan dalam bidang perdagangan dan bisnis, linguistik memainkan peran penting. Linguistik membantu dalam menciptakan strategi pemasaran yang efektif dengan memahami bagaimana bahasa mempengaruhi persepsi konsumen dan perilaku membeli. Ini memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi lebih baik dengan pelanggan dan meningkatkan penjualan mereka.

Dengan begitu banyaknya kontribusi linguistik di berbagai bidang, kalian masih bertanya, “Lulusan linguistik itu mau kerja apa?”

Saya harap kalian bisa paham dengan jawaban saya. Jadi jika kalian bertemu dengan saya atau anak lingustik lainnya, tidak perlu basa-basi dengan pertanyaan konyol semacam itu lagi.