Bahasa dan Identitas

Bahasa merupakan sebuah medium yang berperan tidak hanya sekadar alat komunikasi. Bahasa juga menjadi cermin dari identitas suatu individu, kelompok, atau bahkan bangsa. Dalam keberagaman bahasa yang tersebar di dunia, terdapat pertanyaan menarik mengenai hubungan antara bahasa dan identitas. Bagaimana bahasa dapat membentuk dan mencerminkan identitas serta bagaimana penggunaan bahasa dapat menjadi alat untuk merentas batas dari budaya?

Bahasa adalah suatu sistem komunikasi kompleks, yang tidak hanya mentransfer informasi tetapi juga mengandung nilai-nilai kultural dan identitas. Setiap bahasa mencerminkan sejarah, nilai-nilai budaya, dan norma-norma sosial dari komunitas yang menggunakannya. Dengan demikian, penggunaan bahasa menjadi suatu cara untuk menyatakan identitas kultural individu. Misalnya, seseorang yang berbicara dalam bahasa tertentu dapat mencerminkan asal geografis, latar belakang etnis, atau bahkan status sosial.

Penggunaan bahasa juga dapat menjadi simbol solidaritas dan keanggotaan dalam suatu kelompok. Dalam komunitas yang berbicara dalam bahasa yang sama, tercipta rasa kebersamaan yang memperkuat identitas kelompok tersebut. Misalnya pada kelompok diaspora di suatu negara atau perantau di kota lain yang menggunakan bahasa daerahnya. Dalam komunikasi yang terjalin akan memunculkan sisi keakraban tersendiri. Sebaliknya, perbedaan dalam bahasa dapat menciptakan gap dan jarak antar kelompok, yang dapat memengaruhi cara individu atau kelompok tersebut diterima atau diidentifikasi dalam masyarakat.

Namun, peran bahasa dalam membentuk identitas tidak selalu sederhana. Fenomena globalisasi dan migrasi modern telah membawa sisi asimilasi dan akulturasi bahasa dan budaya. Dalam konteks ini, muncul tantangan baru terkait identitas kebahasaan. Apakah individu mempertahankan identitasnya dalam lingkungan yang multibahasa dan multikultural dan apakah individu tersebut tidak menggunakan bahasa asalnya untuk berintegrasi dengan masyarakat yang berbicara dalam bahasa yang berbeda. Situasi kebahasaan yang sering ditemukan sekarang ini sebagai bagian dari pengaruh globalisasi adalah fenomena campur kode dan alih kode. Masyarakat modern ini menjustifikasi bahwa penggunaan bahasa dengan campur kode tersebut adalah identitas masyarakat modern.

Penting untuk diingat bahwa bahasa juga dapat menjadi jembatan untuk merentas batas budaya. Penguasaan lebih dari satu bahasa (poliglot) dapat memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan berbagai kelompok dan meluaskan perspektif akan pemahaman lintas budaya. Dalam hal ini, bahasa tidak hanya menjadi identitas tetapi juga alat untuk menghubungkan dan memahami orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Namun, terdapat risiko ketika bahasa digunakan sebagai alat pemisah atau diskriminasi, seperti penggunaan dialek atau aksen tertentu dapat menjadi dasar untuk penilaian dan stereotip yang tidak adil terhadap individu atau kelompok tersebut. Untuk itu, penting untuk memahami dan menghargai keberagaman bahasa dan menghindari diskriminasi berbasis bahasa sebagai bagian dari pengamalan sila ketiga dasar negara Pancasila.

(Penulis: Ikmal Trianto)